The Power of Love
“seseorang yang memiliki rasa cinta dan kasih
sayang, maka dia akan rela berkorban apapun untuk yang dicintanya,
karena kekuatan cinta sangat dahsyat yang mampu menerjang pagar-pagar
kokoh yang menghadangnya”
Cinta dan kasih sayang adalah karunia indah yang
diberikan allah kepada setiap makhluknya, berkat curahan cinta seseorang
rela berkorban melakukan manfaat apapun untuk yang dicintainya meskipun
itu sangat berat dan banyak onak dan duri. Seseorang yang benar-benar
cinta pada tubuhnya maka ia akan rela meninggalkan rokoknya, seseorang
yang cinta pada orang tuanya maka ia akan manfaatkan dengan baik uang
yang diamanahkan padanya, cinta pada ilmu maka ia akan belajar dengan
sungguh-sungguh. Begitulah the power of love yang seharusnya kita pahami
dan ditanamkan pada diri kita, sehingga dapat dibayangkan betapa
manisnya menapaki kehidupan dengan pengorbanan cinta. menuntut ilmu
dengan cinta, membelanjakan uang dari orang tua dengan cinta, dan
menjaga tubuh dari bahayanya asap nikotin karena cinta.
Cinta kepada allah-lah merupakan cinta tertinggi dari
sekian banyak cabang cinta yang ada didunia ini. yang dapat
menyingkirkan dan mengalahkan cinta-cinta yang lain. Kecintaan yang
tiada lawan bandingnya.
Seorang sufi wanita dari Basrah yaitu Rabi’ah Al-
Adawiyah pernah berkata ketika beliau berziarah ke makam Rasulullah Saw.
: “Maafkan aku ya Rasul, bukan aku tidak mencintaimu, akan tetapi
hatiku telah tertutup untuk cinta yang lain, karena telah penuh cintaku
kepada Allah Swt”.
Begitulah the power of love seorang Rabiah
Al-Adawiyah kepada allah yang kekuatanya mampu mengalahkan cinta-cinta
lain, kecintaaan yang paling tertinggi kepada sang maha pemilik cinta.
akan tetapi bukan berarti tidak dibenarkan cinta pada yang lain. Karena
cinta kepada rasul, cinta kepada istri, cinta kepada hewan, cinta kepada
harta, cinta kepada teman-teman adalah merupakan suatu bentuk cinta
kepada allah. Dan dia adalah tempat berpusatnya cinta. (Center of the love)
Sewaktu masih kecil Husain cucu Rasulullah Saw.
bertaya kepada ayahnya, Sayidina Ali ra: “Apakah ayah mencintai Allah?”
Ali ra menjawab, “Ya”. Lalu Husain bertanya lagi: “Apakah ayah mencintai
kakek dari Ibu?” Ali ra kembali menjawab, “Ya”. Husain bertanya lagi:
“Apakah ayah mencintai Ibuku?” Lagi-lagi Ali menjawab,”Ya”. Husain kecil
kembali bertanya: “Apakah ayah mencintaiku?” Ali menjawab, “Ya”.
Terakhir Si Husain yang masih polos itu bertanya, “Ayahku, bagaimana
engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?” Kemudian Sayidina Ali
menjelaskan: “Anakku, pertanyaanmu sungguh hebat! Cintaku pada kekek
dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri
adalah kerena cinta kepada Allah”. Karena sesungguhnya semua cinta itu
adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban
dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.
Kecintaan seseorang kepada keluarga, harta, kedudukan
adalah suatu yang lumrah, siapapun akan berkorban untuk menjaga
keluarganya, hartanya, dan kedudukanya dikarenakan besarnya rasa cinta.
akan tetapi waspadalah akan kecintaan terhadap mereka, jangan sampai
menjauhkan atau bahkan sampai melupakan cintanya kepada allah sang
pemilik cinta yang hakiki. Kecintaan yang harus lebih diunggulkan dari
pada cinta yang lain, dan ini adalah merupakan tolak ukur mengenai
keimanan seseorang. Nabi Saw pernah bersabda;
“Belum sempurna imam seseorang itu hingga ia Mencintai Allah dan Rasulnya melebihi cintanya dari pada yang lain”.
Seseorang yang mencintai allah maka dia juga akan mencintai makhluk yang lain, karena cinta kepada allah tidak akan membuat seseorang merusak cintanya kepada yang lain justru malah sebaliknya akan sangat mencintainya karena allah. Akan tetapi cinta yang berlebihan kepada makhluk bisa jadi melupakan akan cinta kepada allah.
Seseorang yang mencintai allah maka dia juga akan mencintai makhluk yang lain, karena cinta kepada allah tidak akan membuat seseorang merusak cintanya kepada yang lain justru malah sebaliknya akan sangat mencintainya karena allah. Akan tetapi cinta yang berlebihan kepada makhluk bisa jadi melupakan akan cinta kepada allah.
Jadi teringat sepenggal nasehat Aa Gym dalam
ceramahnya, “hati-hati jika mencintai makhluk, jangan sampai karena
hadirnya makhluk cintamu kepada Sang pencipta makhluk menjadi berkurang,
karena suatu saat nanti makhluk yang kamu cintai itu bisa saja diambil
dari sisi kamu”
Teman pembaca sekalian, jadi mari, dan silahkanlah
bercinta dan mencintai, cinta yang segalanya hanya karena sang pemilik
cinta. Cinta yang bernilai ibadah jika disandarkan karena cinta
kepadanya. Dan dia adalah cinta yang lebih berharga dari pada dunia
beserta isinya.
“Ya Allah karuniakanlah kepada kami kecintaan
kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu dan kecintaan apa
saja yang mendekatkan diri kami pada kecintaan-Mu. Jadikanlah dzat-Mu
lebih kami cintai dari pada air yang dingin bagi orang yang dahaga.”
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar